Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan". Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar. Ibnul
Jakarta (Tagar 10/9/2018) - Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Masyarakat bisa ambil bagian untuk memperkuat nilai rupiah. Caranya ada di bagian akhir tulisan ini. Dan akan lebih baik apabila masyarakat terlebih dulu memahami situasi secara utuh, sehingga tidak terombang-ambing informasi yang tidak dapat
Tetapiseperti sebuah pepatah cina bukankah lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan? Memberi ruang dan kepercayaan pada murid akan melatih mereka untuk menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, meskipun kondisi zaman berubah, pandangan KHD terhadap proses pembelajaran masih kontekstual.
Pribadihebat dan keren tentunya tidak berlaku demikian, tapi ia membuat perubahan. Sama seperti filosofi quote diatas, daripada kita mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin. Misalnya kejadian mati lampu, kita maki nih perusahaan listrik karena mematikan lampu listrik kita di saat mengerjakan tugas.
Lebihbaik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Dengan demikian, daripada mengeluh dan memperbesar rasa kecewa terhadap keadaan, kita sebagai orangtua perlu memperkaya referensi dan keterampilan untuk mendampingi anak belajar dari rumah. Lantas apa yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk memastikan mereka dapat melaksanakan segala
Adaungkapan yang mengatakan bahwa lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Barang kali daripada memaki dan mencaci pemerintah terus menerus lebih baik memulai gerakan demi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Meskipun kecil tapi cahaya tetaplah cahaya yang akan menyinari lingkungan sekitarnya.
Optimisberdiri pada landasan untuk mendorong ke arah lebih baik, lebih mantap berdasarkan realitas. Kita tidak harus menghindar daripada masalah, apalagi bertepuk layu. Tapi Sebaliknya pesimis mengantarkan pada gerbang kegagalan. Lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Unknown Lihat profil lengkapku. Arsip Blog 2014 (2)
Ubaidillah Rosyid Geografi Übermensch Magelang - Solo "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan"
Jikaagen tertangkap, Consortium akan mengingkari semua yang diketahui agen. Agen tahu daripada menekankan keberuntungan mereka dengan organisasi lebih baik menyaksikan langsung kemampuan mengganggunya untuk memanipulasi kenyataan menjadi apapun yang tepat yang dibutuhkannya, Vayentha hanya tahu dua agen yang telah diingkari.
Sebuahpepatah mengatakan "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan".Daripada kita mengutuk kegelapan dengan terus-terusan menyalahkan kaum alay yang merusak sistem tata bahasa kita melalui 'kreativitas' mereka atau dengan terus-terusan menggerutu lantaran generasi muda kita menulis dan berbicara ala gaul di tengah acara formal, sebaiknya kita menyalakan lilin dengan
Denganminimnya persiapan dan kemampuan kita, maka Indonesia kemungkinan hanya menjadi pasar, dimana arus barang, jasa dan tenaga kerja manusia dari negara-negara tetangga lebih leluasa mengalir ke negara tercinta kita ini. Sudahkah Anda punya tiket Pesta Wirausaha 2015? Normal Price: Rp 580.000,-
Semogasemangat kita untuk berkontribusi dan menyalakan lilin-lilin pendidikan terus ada dimanapun kita berada dan bagaimanapun caranya. Berikut adalah nama-nama 40 peserta perwakilan komunitas/gerakan mengajar yang akan diundang mengikuti Kemah Gerakan Mengajar (KGM) , yang akan dilaksanakan tanggal 27 -29 April 2018:
Tapiternyata apel lebih efisien dibandingkan kopi" Dan dari berbagai macam rasa kopi itu memuaskan rasa ingin tahu. Poin plusnya ada kandungan zat-zat baik dalam kopi dan teman begadang..heheNamun saat membaca tulisan di atas timbul rasa penasaran. "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan"
Lebihbaik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Hujan deras adalah tantangan. Jangan minta agar hujan dikecilkan, tapi mintalah payung yang lebih besar. Waktu banjir, ikan makan semut dan waktu banjir surut, semut yang makan ikan; Hidup bukanlah peduli dipermulaan saja, tapi seberapa besar kepedulian kita sampai akhir.
Katakata Bijak: lilin. Kata-kata Bijak: lilin. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Asli: It is better to light a candle than curse the darkness. Seberapa jauh lilin kecil itu melempar baloknya! Jadi bersinar orang mati yang baik di dunia yang nakal. Asli: How far that little candle throws its beams!
u5A7mP. Di Indonesia kata-kata ini juga sudah banyak yang mengutip, entah jadi kata pembuka di sebuah pidato atau dijadikan Quotes, seperti misalnya saya gunakan jadi tagline di blog ini.'Kenapa memilih kata-kata itu ? Kenapa bukan bikin kata-kata sendiri' protes seorang kawan. Jawabannya simpel. Saya berharap tulisan-tulisan di blog ini bisa menjadi seperti sebuah lilin yang sedang saya nyalakan untuk menerangi siapa saja yang mau mampir dan membaca KataTatas percaya tulisan-tulisan ini akan menemukan sendiri pembacanya. Seringkali bahkan tanpa disadari saya, sampeyan dan mereka sedang berubah dan bertumbuh menuju generasi pengeluh. Sedikit-sedikit mengeluh....sedikit-sedikit nyinyir...sedikit-sedikit mengutuk...menyalahkan pasangan, menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah...atau bahkan menyalahkan Tuhan ? Mengeluh koq sedikit-sedikit, kalo kata Cak rupa dan masalah atau urusan remeh temeh seperti cucian belum kering terus tiba-tiba hujan, jalanan yang becek dan gak ada ojek, bahkan sampe urusan lunturnya maskara karena keringetan akibat sepedaan, bisa membuat otak kram dan berpotensi berubah jadi keluhan kutukan.Mengutuk, meratapi, mengeluh atau apapun istilah lainnya dengan konotasi yang sama mungkin memang menyenangkan bagi sebagian besar orang. Banyak orang merasa lepas dan lega setelah mengeluarkan semua kosakata keluhan dan sumpah serapah dari mulutnya atau bahkan dari jempol-jempolnya lewat status dan komentar di media tunggu dulu, apakah setelah kita mengutuk sesuatu lalu keadaan itu langsung berubah? Dari pengalaman hidup kita, mengeluh tidak mendatangkan apa-apa kecuali kepuasan batin yang ketika menutup mata, semua bayangan dunia menjadi tak terlihat termasuk dengan problema yang kita alami, namun dunia akan tetap sama saja entah ketika menutup atau membuka mata. Sama seperti orang yang mabuk minuman keras atau yang pakai narkoba, pada saat dia mabuk dan gak sadar terus meracau, ngoceh dan blank seakan hilang semua masalah dan problem yang dialaminya. Tapi ketika kembali sadar sober, masalah dan problem yang dihadapi tidak terus selesai begitu saja, bahkan kadang malah tambah masalah baru akibat dari mabuknya itu. Akhirnya karena dia merasa bisa bersembunyi dari masalah dengan cara mabuk, ya si pemabuk itu mabuk lagi...begitu aja hidupnya. Jadinya ya ketika saya, sampeyan dan mereka ada dalam suatu masalah, maka yang dicari adalah seseorang...sesuatu atau bahkan sesekor kambing hitam dari munculnya masalah tersebut. Dalam menghadapi masalah, seringkali saya, sampeyan dan mereka bukan mencari solusi untuk mengatasi masalah. Kita lebih cenderung menyalahkan kondisi, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan semuanya, lantas marah-marah pada sekitarnya atau bahkan mencoba lari dari misalnya saat saya terjerembab dalam lubang hutang yang tak berkesudahan. Hidup dan kerja cuma gali lubang untuk menutup lubang yang lain, tanpa mau berpikir bahwa kalo besar pasak daripada tiang ya berarti tiangnya yang harus diperbesar...entah bagaimana caranya. Atau solusi lainnya ya mengecilkan pasaknya agar muat dan cocok di itu.....seringkali baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Ibaratnya ketika kita sedang berada dalam kegelapan malam, yang kita butuhkan adalah cahaya penerang. Maka nyalakanlah cahaya itu, walo cuma sebatang lilin, bukan hanya malah sibuk ngegulutuk, mengumpat, merutuk sampai mulut berbusa tanpa melakukan situasi saat ini, kegelapan sedang menggelayut di seluruh dunia, akibat Pandemi Covid-19. Banyak sektor usaha menarik rem darurat. Ada yang shifting bidang usaha, ada yang berusaha menekan pengeluaran, bahkan tak sedikit juga yang tumbang dengan mengorbankan puluhan juta pekerja yang kehilangan pekerjaannya. Terus apakah kita mesti berlarut-larut mengutuki kegelapan Pandemi ini ?Mencari jalan keluar yang baik dari setiap persoalan akibat Pandemi ini adalah pilihan yang bisa dilakukan siapa saja. Jika semua orang mau menempuh pilihan ini niscaya kita akan hidup dalam dunia yang terang benderang. Lakukan apa yang bisa dilakukan, misalnya melakukan shifting bidang usaha dari yang tadinya membuat produk konveksi dan jasa menjahit, bisa kemudian beralih jadi produsen masker. Dari yang tadinya gadget dan smartphonenya cuma digunakan untuk eksis di media sosial, merubah perilakunya dengan membuat karya tulisan, video, gambar, animasi atau apa saja yang bisa dipasarkan secara online. Saya sudah pernah menuliskan beberapa artikel yang bisa sampeyan coba, seperti artikel 'Menjual Photo di Shutterstock' atau membuat produk-produk yang pernah saya tuliskan, misalnya 'Memodifikasi Dispenser Elektrik Yang Bebas Sentuh' atau cuma pengin cara yang instan tapi lama dapet duitnya seperti artikel 'Nonton Video Lucu Dibayar Dollar di Clipclaps'.Mengutuk, mengumpat, memaki, adalah tindakan yang paling mudah dilakukan, apalagi pada saat kita berada dalam kegelapan. Tapi apakah tindakan itu ada manfaatnya? Sama sekali tidak ada, kecuali hanya menambah kegaduhan dan kesulitan. Tapi, apakah mencari jalan keluar dari setiap kerumitan itu selalu sulit? Jawabannya iya bagi mereka yang suka mengeluh pesimistis, tapi tidak bagi mereka yang tidak suka mengeluh optimistis. Belum dicoba ngerjain udah bilang susah ah....gak bisa ah...males ah. Ya sudah kembali tidur aja lagi sana....Optimis dan selalu mencoba melihat sisi positif dari segala kejadian bisa merubah kesempitan menjadi sebuah kesempatan. Contoh yang paling gampang sampeyan lihat adalah banyaknya artis-artis dan entertainer negeri ini yang kemudian berebut di celah sempit membangun Kanal Youtube-nya. Kita sama-sama paham bahwa semenjak Pandemi, dunia entertainer terpukul sedemikian hebat dan mungkin akan paling lama terimbas. Kawan lama saya yang tadinya dancer kelas internasional yang biasa melanglang buana menggelar pertunjukkan di luar negeri saat ini menganggur dan jobless. Tidak ada panggilan manggung atau sekedar menjadi penari latar pertunjukan artis lokal. Kemudian dia mencoba iseng bikin-bikin kue, lalu ditawarkan ke teman-teman terdekatnya, temannya membantu menawarkan ke teman yang lain, begitu seterusnya hingga lingkaran pemasaran produk kue-nya semakin membesar. Hingga kini dia bisa survive di tengah Pandemi ini, menunggu saatnya dunia entertain menggeliat bangun mengeluh, terutama pada saat berbicara di hadapan publik. Entah mengeluh pada keluarga, saudara atau teman sekitar sampeyan. Menurut ahli ilmu jiwa psikolog pesimisme bisa menular. Orang yang suka mengeluh di depan umum, tidak hanya buruk bagi dirinya, ia juga destruktif bagi lingkungannya. Si pengeluh bisa seperti berita kematian yang bisa menebarkan duka cita keseluruh penjuru. Atau bahkan seperti epidemi yang mudah tersebar, membuat banyak orang tertular wabah penyakit. Ketika seseorang sering mengeluh tentang apa saja awalnya akan membuat orang sekitarnya sebal mendengar keluhan dan keluhan saja setiap hari, lalu mulailah orang yang mendengar keluhan ini mengeluhkan situasinya ke temannya...begitu seterusnya sehingga lingkaran keluhan akan semakin membesar dan akhirnya semua orang menjadi pengeluh yang tanpa sesuatu, selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik walau sekecil apa pun. Tidak perlu berbuat sesuatu yang maksimal, spektakuler dan berdampak luas. Berbuatlah sesuatu dengan kekurangan dan kelebihan yang kita punya. Jangan memaksakan diri untuk berbuat sesuatu yang kita tidak mampu melakukannya, tapi lakukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan. Jika kita terlalu sibuk ingin berbuat sesuatu yang sempurna dan dampaknya besar seringkali akhirnya kita malah tidak jadi berbuat apa-apa...cuma rencana, rencana dan rencana tanpa implementasi. Kalo sudah begitu, hanya mimpi dan rencana saja terus apa gunanya ?Winston Churchill 1874-1965, Perdana Menteri Inggris pernah mengatakan 'The pessimist sees difficulty in every opportunity, the optimist sees the opportunity in every difficulty'. Termasuk yang manakah sampeyan saat ini, mau ikut golongan orang yang pesimistis atau optimistis? Mau menyalakan sebatang lilin, atau mau terus menerus mengutuk kegelapan?
lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan